Pada zaman dahulu kala, yaitu sejak
perkembangan agama Islam yang disiarkan oleh para Wali di tanah jawa
(Wali sanga), di hutan sebelah barat wilayah Kerajaan/Kesultanan
Cirebon, Mbah Kuwu Cakrabuana dengan putrinya yang ke empat yaitu Nyi
Gede Jemaras mengadakan toto alas (babad hutan) untuk membuat pedukuhan
atau desa.
Setelah banyak pepohonan yang tumbang kemudian di bakar. Abu
dari pembakaran pepohonan tersebut tertiup angin kesana kemari, kemudian
sampai dimana itu berada, itulah yang menjadi batas wilayah pedukuhan
tersebut. Begitulah peraturan pada zaman dahulu untuk menentukan batas-
batas pedukuhan.
Mbahh Kuwu Cakrabuana adalah seorang putera prabu Siliwangi dari
Kerajaan Pajajaran, yang semula bernama Raden Wlangsungsang.
Beliau
pergi mengembara untuk menuntut ilmu agama Islam, berguru kepada Syekh
Nurjati di Gunung Jati. Setelah di anggap mapan dalam menerima ilmu
agama Islam, gurunya memberi nama Shomadullahdan di perintahkan
menunaikan ibadah Haji ke Makkah, kemudian sekembalinya dari Makkah
mendapat julukan Haji Abdul Iman.
Sepulangnya menunaikan ibada haji singgah dulu di Negeri Campa untuk
berguru kepada Maulana Akbar Ibrahim yang di kenal dengan sebutan
Pandita Mutakim. H. Abdul Iman dijadikan menantu oleh Pandita Mutakim
lalu dijodohkan dengan putrinya yang bernama Nyi Rasa Jati. Dari
pernikahannya mendapat 7 (tujuh) orang puteri yaitu :
1. Nyi Rara Konda, di Alas Konde Gunung Jati
2. Nyi Rara Sejati, di Gunung Jati
3. Nyi Jati Merta, di Desa Jati Merta
4. Nyi Jemaras, di Desa Jemaras (Desa Jemaras Kidul)
5. Nyi Martasinga, di Desa Martasinga
6. Nyi Cempa, di Desa Dukuh, Karang Kendal
7. Nyi Rasamalasih, di Blok Sembung Astana Gunung Jati
Dengan demikian nama Desa Jemaras adalah nama asli Nyi Gede Jemaras
sendiri yang diabadikansebagai nama desa.
Pada tanggal 21 April 1983 Desa Jemaras dimekar menjadi dua desa, yaitu
Desa Jemaras Kidul meliputi Blok Kendron, Blok Cengkuang, Blok Pande,
Blok Sigaga, Blok Kebonan, Blok Desa dan Blok Penjalinan (sebagian).
Desa Jemaras Lor meliputi Blok Penjalinan, Blok Kejuden, Blok Jlengut
Wetan, Blok Siduwet, Blok Karangsumpit, dan Blok Karangdalem.Walaupun
sudah ada pemekaran desa yaitu Desa Jemaras Kidul dan Desa
Jemaras Lor, rakyat Desa Jemaras tetapbersatu dalam hal pembangunandesa,
bidang pertanian, perdagangan (kerajinan rakyat, pande besi) dan
sebagainya.
Nyi mas Jemaras adalah putri Mbah Kuwu
Cakrabuana yang sangat dikasihi
dan dicintai ayahandanya.
Ketika Mbah Kuwu bercocok tamam , menanam padi di daerah Junjang, beliau
bermukim di Desa Slangit memelihara kerbau, yang menjadi penggembalanya
ialah Ki Gede Langgen, kanangnya berada di Slangit, tempat guyang
kerbau (memandikan kerbau) di blok Pangguyangan (di sungai pengguyangan
Jemaras), weluku (bajak)nya disimpan di blok
kendron.
Dahulu Desa Jemaras terkenal ada Pesantren yang dipimpin oleh guru
besar
agama Islam Ki Buyut Santri Wiraguna (Ki Madullah) yang berasal dari
Demak. Tokoh masyarakat
yang ada di Desa Jemarsa Kidul adalah :
Buyut Nyi Gede Jemaras
Buyut Santri Wiraguna (Ki Madullah)
Buyut Jeneng
Buyut Judipati (Ki Kandim),
Buyut Rebe’,
Buyut Segara,
Buyut Kendru,
Buyut Mataram.
Buyut Ki Barep,
Buyut Kencong
Buyut Pande’ (Buyut Ki Bekila)
Putera Pangeran Kejaksan
Buyut Jembangan,
Buyut Ipik,
Buyut Murti (Sigaga)
Tokoh yang ada di Desa Jemaras Lor ada 4 (empat) yaitu :
- Buyut Jeben (Jlengut)
- Buyut Kejuden (menantu) dari Buyut Ki Judipati (Ki Kandim) asal dari
Desa Kejuden Plumbon
- Ki Buyut Santri
- Ki Patra
Adapun Ki Judipati (Ki Kandim) sendiri berasal dari Demak kerabat Ki
Buyut Santri Wiraguna.
- Jeneng : nama pangkat (jabatan) kepada Desa/ Kuwu.
- Ngabei : nama pangkat (jabatan) prangkat desa yang bertugas ganda.
- Judi pati : nama pangkat (jabatan) yang bertugas mengadili (menghakimi)
suatu perkara kejahatan.
Nyi Gede jemaras bersuamikan Adipati Keling asal dari India.
Adipati Keling diberi tugas memimpin pasukan/prajurit Kesultanan Cirebon
(Keraton Pakungwati) untuk mempertahankan kerajaan Islam di Cirebon
dari serbuan prajurit Rajagaluh dan Talaga yang bermaksud menghancurkan
Keraton Pakungwati Cirebon.
Adipati Keling dibantu oleh Syeh Magelung Sakti, Nyi Mas Gandasari,
Adipati Arya Kemuning, Pangeran Cirebon dan lain-lain.
Sebagai penasehat
perang pengayom adalah Pangeran Cakrabuana sendiri.
Dengan izin Allah SWT.
Kemenangan ada di pihak Kerajaan Pakungwati Cirebon dan semua musuh
takluk dan memeluk agama Islam.
Nyi Gede Jemaras memiliki nama lain yaitu :
- Ratu Ayu Nyi Mas Buyut Ranglang Sari
- Ratu Ayu Nyi Mas Buyut Marta Sari
- Ratu Ayu Nyi Mas Buyut Sambeng
- Ratu Ayu Nyi Mas Buyut Resmi
- Ratu Ayu Nyi Mas Buyut Nyi Gede Jemaras, dan lain-lain.
Buyut Nyi Gede Jemaras memiliki tanah bantar seluas “ambene sakukuban
payung” artinya selebar payung, warna putih, tidak ditumbuhi lumut,
kadang kelihatan kadang tidak kelihatan dan berpindah-pindah.
Tanah tersebut tempat musyawarah antara Mbah Kuwu Cirebon dengan
Putrinya sendiri (Nyi Gede Jemaras).
Apabila turun hujan ketika berada dalam lingkaran tanah putih tersebur,
maka tidak basah terkena air hujan.
Sekarang tanah putih tersebut tidak kelihatan lagi.
Selain tanah bantar, dahulu Buyut Nyi Gede Jemaras mempunyai tanah yang
lain, yang berada di luar Desa Jemaras yaitu Tanah Teluk Dermayu disebut
puloklaras, Tanah Sumur Cere (di Eretan Indramayu), Tanah Cimalaka
(Sumedang), Tanah Sentigi (Cilegi Indramayu), dan Tanah Jemaras (utara
Cileunyi Bandung).
Tanah- tanah tersebut luasnya bervariasi dan masih hutan belukar yang
konon masih angker, sampai sekarang tidak ada yang berani mengelolah
tanah-tanah tersebut.
Tanah-tanah tersebut di atas tidak tercantum dalam Model C Desa Jemaras.
Ini hanya cerita zaman dahulu, jasa peninggalan buat anak cucu Buyut
Nyi Gede Jemaras saja.
Adapun adat-adat di Desa Jemaras ialah :
- Sedekah Bumi
- Mapag Sri 1 x setiap tahun
- Ngunjung Buyut 1 x setiap tahun
Sedabgkan larangan / tabu bagi masyarakat Desa Jemaras ialah :
- Dilarang menanam padi merah, ketan hitam
- Dilarang menenem labu merah, emes oyong
Larangan tersebut dijaga dan dipatuhi oleh seluruh masyarakat Desa
Jemaras baik Desa Jemaras Kidul maupu Desa Jemaras Lor.
Menurut cerita berdirinya padukuhan atau Desa Jemaras dan Masjid Desa
Jemaras yaitu pada bulan Rajab tahun Alif kurang lebih tahun 1476
Masehi.
(Tahun Alif adalah di antara nama tahun dalam sewindu (8 tahun); yaitu
alif, he, jim awal, je, dal, be, wawo, dan jim akhir).
Adapun nama-nama Kuwu Jemaras yang di ketahui :
1. Marta : 1874 - 1904
2. Munari : 1904 - 1906
3. Ta’wi : 1906 - 1908
4. Markab : 1908 - 1923
5. Sastra Sujana : 1923 - 1945
6. Bajuri : 1945 - 1946
7. Salamun : 1946 - 1951
8. Sidik : 1951 - 1958
9. Suleman : 1958 - 1960
10. Remita : 1960 - 1961
11. Suparta : 1961 - 1965
12. Pjs. Abu Bakar : 1965 - 1967
13. Mira : 1967 - 1983
Kuwu pemekaran Desa Jemaras (21 April 1983) :
- Desa Jemaras Kidul :
1. Pjs. Taswin : 1983 - 1986
2. Sukarjo : 1986 - 1994
3. Pjs. Nono Sutrisno : 1994 - 1995
4. Ayo Sunaryo : 1995 - 2003
5. Robandi AA. : 2003 – 2014
6. Ato 2014 - sekarang
- Desa Jemaras Lor :
1. Kuwu Mira : 1983 - 1985
2. Sudila : 1985 - 1993
3. Sarnadi : 1993 - 2001
4. Pjs. Sataria : 2001 - 2002
5. Ato Rasmita : 2002 – 2014
6. Arjo Mira sekarang.
Tanggal 21 April 1983 pemekaran Desa Jemaras (Desa Jemaras Kidul dan
Desa Jemaras Lor).
Narasumber :
- Arsip Desa Jemaras Kidul
- Kuwu Desa Jemaras Kidul
- Sesepuh Jemaras Kidul
PUJIAN SEBELUM SHOLAT JUM’AT
(TRADISI/ADAT)
Pujian jum’at ini dimulai sekitar satu jam sebelum azan
dikumandangkan.yang dibarengi dengan pukulan kentongan dan bedug,
pukulan kentong dan beduk seirama dengan nada pujian tersebut (yang
dimulai pada kata “lan kaping telu angimanaken ing kitab”) sampai
selesai.
setelah selesai pujian dan tabuhan bedug dan kentongan barulah kumandang
azan berkumandang.
Pujian jum’at bagi masyarakat jemaras merupaka pemberian tanda bahwa kau
Adam hari ini waktunya untuk menunaikan sholat jum’at. Pujian ini hanya
ada di daerah Jemaras, Pujian jum’at hanya satu- satunya pujian sebelum
jum’at diwilayah Cirebon bahkan mungkin sewilayah Indonesia.
Bagi masyarakat Jemaras Pujian jumat bagaikan sayur asam tanpa garam
bila tidak berkumandang sebelum sholat jum’at.
ALLAHUMMASHOLII’ALAA MUHAMMAD
YA ROBBISHOLLI ’ALAYHIWASALLIM
FIHUBBISAYYIDINAA MUHAMMAD
NUURUL ‘IBAA DILHUDAA MUTAMMAM
Bissmillaahirrohmaanirrohim
Wajib wong akil baligh isun arep niat ikhror ing dalem saumure sepisan
kaya ujare nawaitu an ukhiro kalimat taeni syahadat taeni fardan fil
umure marotan wakhidsatan mangka tegese niyat isun ang ngucap aken
asyhaduallaah illahaillahu wa asyhaduanna muhammadarosullaah.
Isun angaweru,
satuhune oranana pangeran kang sinembah kalawan sabenere
ing dalem wujude anging Allah lan isun anakseni Nabi Muhammad iku
utusane Allah
Mangka tegese Laaillahaillah amutnafi kelawan isbate mangka kang den
napekaken iku sakehe pangeran kang liyan saking pangeran kita, kang maha
agung kang maha mulya
Mangka denisbataken iku kang Esa kang tunggal kang andakaken ing alam
iki kabeh,yaiku kang nama Allah mangka tegese nama Allah iku anuduah
aken ing dalem ing dzate kang maha luhur
Ora warna, ora rupa, ora arah, ora nggon wajib ing anane Allah mokal
orane mangka sing sapa ang ucap satuhune Allah ta’alla iku warna rupa
arah enggon mangka wong ikudadi kufur
Mangka tegese Nabi Muhammad iku manusa lanang kang mereka, kang akil,
kang balegh, kang bagus rupane, kang mencorong cahyane kaya purnam ning
wulan, atawa kaya sengenge,kaya katurunan wahyu, kang wajib ang anduweni
sifat sidik, amana, tabligh. Sidik bener, amanag kang percaya, tabligh
kang nekakaken ing hokum kang lelima.
Fardu kalawan sunah lan halal tegese mubah lan haram lan makru, mokal
kilaf, mokal kianat, mokal angumpetaken mangka wenangnora basa riya kang
ora dadi ana candaken ing dalem martabete
Kang maha luhur bangsa Arab, bangsa Quraisy,
bangsa Hasim, bangsa
Mutholib Ramane Ki Abdullah, Ibune Siti Aminah
Mangka kang den dohir aken iku ing Mekah ing wulan Robiul awal ning
tanggal ping rolas malem isnen waktu saur,
mangka oli sawiji antarane
Maghrib lan Isya lawas- lawas ang ngalih maring Madinah kang umur
sawidak taun punjul tigang taun noli semeren astanane ing jero Masjid
Madinah mangka maknane angngucap Muhammadurrosullah iku anyimpen
angestokaken barang kang den teka kaken dening Rosullah Shollahu
‘alaywassalam 3X
Utawi rukune angimanaken iku nem perkara
Ing kang dingin angimanaken ing Allah
Lan kaping pindo angimanaken ing para Malaikat
Lan kaping telu angimanaken ing Kitab
Lan kaping pat angimanaken para- para Nabi
Lan kaping lima angimanaken ing dina kang kari
Lan kaping nem angimanaken ing pesten becik lan pestn Ala iku Allah
ta’ala
Isun ngimanaken ing Allah iku,
Satuhune Allah ta’ala wahidun syahadate,
wahidun sasifate. Allah haiyu
ang urip, Alimu kang ndikani,
Qodirun kang kuasa,
Muridun kang ngakarsa,
Samiun kang Amiyarsa,
Basyiru kang aningali,
Mutakalimun kang ngandika,
Haq ing kang langgeng
Isun ngimanaken ing para Malaikat iku,
Kawulane Allah warna- warna rupane,
warna- warna tingkahe,
warna- warna
gawene,
warna ibadae,
ora lanag ora wadon,
ora bapa ora ibu,
ora syahwat
ora napsu,
ora mangan ora nginum,jisime,
jisim alus bangsa nur nanging
Malaikat iku pada anduweni uwiwi ana ingkang loro- loro,
ana ingkang
telu- telu,
ana ingkang papat-papat
Isun ngimananken ing Kitab iku,
Pangandikane Allah ti nurunaken ing para- para Nabi sa ayat sakalimat
kang Qodim ora hurup ora suara mokal anyar
Isun ngimanaken ing para Nabi iku,
Kawitane iku nabi Adam durung ana nabi pisan sadurunge nabi adam,
lan
pungkasane iku nabi Muhammad ora nana nabi maning sawise nabi Muhammad
Isun ngimanaken ing dina kang kari iku dina kiamat,
Ora nana dina maning sawise dina kiamat.
Satuhune Allah ta’ala anesteni
ing makhluke kabe, langit pitu, bumi pitu saisine rinusa kabe anging
suwarga lan narakasaisine ora rinusa nuli nguripaken lan angngumpulaken
Allah ing makhluke kabe lan ing ara- ara noli ngukumi ing sapa pestine
Allah
Isun ngimanaken ing pepesten becik,
Mati sarta kalawan iman, isun ngimanaken ing pepesten ala mati sarta
kelawan kufur,
kafir kelawan pestine Allah, tunggale hukume Allah,
tunggale kudrate Allah,
tunggale londrate Allah, tinapi ora lila Allah
ta’ala.